PUISI 

Milik Siapakah Kota Ini

Puisi-puisi Iman Sembada _______________________________________________________________

 

PEREMPUAN ITU MENJADI BAPAK

Perempuan itu telah menjadi bapak
Mengasah kata-kata setajam kapak
Untuk menetak angka-angka di almanak

Angin bangkit dari celah ranting
Kering. Setiap siang dan malam
Selalu ingin kau tuntaskan
Fatwa dalam ruang-ruang virtual

Perempuan itu telah menjadi bapak
Membalik tanah dan membajak sawah
Dengan khusyuk. Keyakinan telah
Mengendap di balik dadanya

Biarlah perempuan itu menjadi bapak
Mengajari anak-anaknya dengan bijak
Tentang kepak kapak sajak

Depok, Desember 2021

 

SEMALAM AKU MENJADI IBU

Semalam aku telah menjadi ibu
Menyusui anak-anakku, sajak-sajak sunyi
Yang berdoa meminta hujan segera turun

Tahukah kau bahwa ibu sebaik-baik
Pemberi tanpa menuntut balas budi?

Aku pernah mengajakmu piknik
Meninggalkan setumpuk pakaian kotor;
Melupakan rasa sakit dan sejumlah panik

Semalam aku telah menjadi ibu
Mengasuh setiap kata yang ingin
Merdeka. Bebas merasai udara

Tetaplah menjadi anak-anakku:
Sajak-sajak sunyi. Temukanlah cahaya
Di lubuk tersembunyi hatiku, seperti
Matahari pagi yang menerangi bumi

Depok, Desember 2021

 

KERINDUAN ADALAH SEEKOR CAMAR YANG GELISAH

Kau masih menunggu kepulanganku
Di gerbang senja. Selalu mencari kabar
Lewat angin yang menderu. Kerinduan
Adalah seekor camar yang gelisah

Senja mengapung. Bayang-bayang tumbuh
Di sela jeda detak jam. Selalu kau saksikan
Ombak-ombak melepas zikir. Sampai kapan
Kau menunggu dan berharap kepulanganku?

Di antara perahu dan pelabuhan tua
Kau tawarkan senyum dan sebuah cerita:
Meski padahal kenangan melintas bersama
Angin garam menanggalkan desir di pasir

Kau masih menunggu kepulanganku
Di antara kibasan sayap-sayap waktu
Dan buih-buih yang bersujud. Begitulah
Kemanusiaan mengajarkan cinta dan kesetiaan

Depok, 5 Juni 2021

 

MILIK SIAPAKAH KOTA INI?

Milik siapakah kota ini?
Hari demi hari adalah raung
Ambulans yang bolak-balik
Ke kuburan. Aku melihat
Pelacur jalanan dan anak jadah
Kota metropolitan terbanting
Di trotoar dicambuk angin

Kota ini terlalu bising
Dengan segala teriakan
Dan sumpah serapah. Aku
Ingin menjelma cinta yang
Menelusup ke relung-relung
Rahasia hati manusia. Selalu ada
Berita kehilangan dan kematian

Jam 12 siang. Aku teronggok
Di mulut gang. Terik matahari
Membuat jejak hitam di jidatku
Yang berdebu. Udara bau asap
Knalpot. Apakah kota ini akan hilang
Dari peta dunia? Waspadalah selalu
Di tengah wabah yang tak kunjung usai

Depok, Juli 2021

 

Iman Sembada, lahir di Grobogan, Jawa Tengah, pada 4 Mei. Selain menulis puisi, ia juga menulis cerita pendek. Karya-karyanya dipublikasikan di media massa lokal dan nasional. Puisinya terkumpul dalam berbagai antologi puisi bersama.
Antologi puisi tunggalnya Airmata Suku Bangsa (2004), Perempuan Bulan Ranjang (2016), dan Orang Jawa di Suriname (2019). Kini ia bermukim di kota Depok, Jawa Barat.

Related posts

Leave a Comment

thirteen − twelve =